Selasa, 27 September 2011


Meyakini batasan adalah menciptakan batasan.
Jika orang lain menasehatkan yang mungkin Anda capai, janganlah Anda menjadi orang pertama yang meragukannya.
Sekali lagi, meyakini batasan adalah menciptakan batasan.
Karena sebetulnya,
Batas-batas Anda hanya sejauh kebebasan perasaan dan pikiran Anda.
Jika perasaan Anda bebas, Anda akan mengutamakan perasaan yang baik, yang bersahabat, yang mengutamakan dugaan-dugaan baik,
sehingga Anda tidak menyiksa diri dengan perasaan dan dugaan buruk – yang lebih sering salah daripada benar.
Jika pikiran Anda bebas, Anda akan lebih menyibukkan diri dengan pikiran-pikiran yang menjadikan Anda lebih siap bagi upaya-upaya baik yang membesarkan.
Alam pikiran adalah tempat Anda melatih mental untuk menjadi ahli dalam olah cara dan metode, mengenali hal-hal yang harus Anda hindari dan yang harus Anda utamakan,
dan membangun kesiapan mental untuk menghadapi ketidak-pastian dan pengecualian yang dihadirkan oleh pekerjaan dan kehidupan yang sebetulnya.
Anda adalah Guru Super Indonesia,
yang bertugas membangun ketepatan, kebesaran, dan keindahan harapan para murid, orang tua mereka, dan semua yang bergantung pada peran Anda,
maka Anda sendiri harus meneladankan diri sebagai pribadi yang berharapan besar dan indah.
Ingatlah bahwa,
Harapan Anda menentukan pilihan perhatian Anda.
Jika Anda berharap untuk menjadi seorang guru yang berpengaruh, dan kemudian menjadi pembesar dalam dunia pendidikan yang memimpin dengan adil, tegas, dan penuh kasih sayang – Anda harus memilihkan bagi diri Anda hal-hal yang penting untuk Anda perhatikan.
Seperti, Anda akan memilih urusan-urusan yang penting dan berdampak besar untuk Anda khawatirkan dan pikirkan,
Anda akan mempelajari hal-hal yang membesarkan peran Anda sebagai guru, sebagai anggota organisasi dan masyarakat.
Anda akan mensahabatkan diri dengan orang-orang baik yang berpihak kepada keberhasilan Anda,
dan Anda akan melatihkan kebijakan kepada diri Anda sendiri di dalam jalan-jalan kepemimpinan.
Anda adalah Guru Super Indonesia,
Anda adalah teladan bagi kesungguhan untuk menjadikan pekerjaan dan hubungan baik Anda dengan orang lain,
sebagai upaya pengubah nasib.
Anda meneladankan keyakinan bahwa nasib seseorang tidak akan berbuah,
sampai orang itu sendiri berupaya untuk memperbaiki nasibnya.
Anda meneladankan keikhlasan bahwa semua dan sekecil-kecilnya upaya akan dikenali,
maka Anda berfokus pada melakukan hal-hal yang baik bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin orang lain.
Anda meyakini bahwa,
Nasib itu tidak permanen.
Sesuatu yang kita sebut ‘nasib’ itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen.
Ia sangat lentur, luwes, dan reaktif. Dan ia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan-tindakan kita tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri.
Ia sangat menuruti perintah kita, yang dibaca dan dimengertinya dari kesungguhan upaya kita.
Nasib menjadi sebagaimana kita menjadikannya.
Jika sebuah keadaan, Anda sebut sebagai nasib baik – yang di dalamnya Anda merasa damai dan gembira karena kesejahteraan dan kebahagiaan,
maka bekerjalah dengan cara dan kesungguhan yang menjadikan Anda pantas untuk hidup dalam keadaan itu.
Marilah kita berhati-hati, karena
seseorang yang meyakini bahwa kehidupannya yang tidak mudah saat ini – sebagai nasibnya,
dia tidak akan mempercayai kemungkinan yang lebih baik baginya,
dan dia akan menjadi orang pertama yang meragukan upaya yang akan menguatkan kehidupannya.
Orang yang berpendapat buruk mengenai kesempatan keberhasilannya,
akan mempertahankan sikap dan perilaku yang telah menjadikan kehidupannya sulit saat ini.
Hanya pribadi yang pendapatnya bebas mengenai haknya untuk berhasil, yang akan menjadi pengupaya bagi perbaikan nasibnya sendiri.
Yakinilah bahwa,
Ketinggian yang mungkin Anda capai, hanya sebanding dengan kualitas sikap Anda kepada Anda sendiri.
Terimalah dengan ikhlas, bahwa
Penghalang keberhasilan yang terbesar bukanlah kurangnya kemampuan atau kesempatan, tetapi rendahnya pendapat seseorang – mengenai apa yang bisa dikerjakannya dan apa yang bisa dicapainya.
………..
Sahabat saya yang sedang menjadikan dirinya pribadi ber-rezeki baik,
Begitu dulu ya?
Mudah-mudahan akhir tahun ini membuka banyak pintu pengertian yang mencerahkan perjalanan Anda di tahun 2010 yang baru ini, untuk meningkatkan nilai dari keberadaan Anda bagi keluarga dan masyarakat yang Anda layani.
Saya berdoa dengan segala ketulusan agar Tuhan tidak terlalu menuntut Anda mencapai kualitas-kualitas yang sulit dicapai, sebelum Tuhan Yang Maha Kaya menghadiahkan jawaban bagi semua impian dan harapan Anda.
Anda berhak untuk membahagiakan keluarga, sebagaimana banyak jiwa telah dimudahkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarganya.
Anda adalah pribadi yang khusus bagi Tuhan, maka mudah-mudahan Tuhan tidak mengharuskan Anda antri dalam urutan yang panjang, sebelum kehidupan Anda dilegakan seperti dada yang mereguk udara pegunungan di pagi yang murni.
Anda adalah pribadi yang indah impiannya bagi diri dan keluarga yang Anda cintai, sehingga mudah-mudahan Tuhan memaafkan kurang sempurnanya ibadah Anda, dan memampukan Anda untuk membiayai kehidupan yang baik bagi pertumbuhan anak-anak Anda yang terkasih, dan agar Anda bebas menghiasi kecantikan istri Anda dengan kegembiraan dan kemuliaan.
Anda harus mengulangi doa-doa di atas dengan sedalam-dalamnya ketulusan, karena itu semua juga adalah doa pribadi saya, agar Anda dan saya menjadi sahabat dalam jemaah yang doanya sama bagi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga kita.
Marilah kita tetap memelihara persaudaraan dan persahabatan dalam kebenaran, agar kita menjadi pribadi-pribadi peneladan bagi berkembangnya kecintaan di hati banyak pribadi untuk hidup sepenuhnya ikhlas dalam kebaikan.
Life is beautiful, only if we make it beautiful.
Mohon disampaikan salam sayang dari Ibu Linna dan saya, untuk keluarga yang kebahagiaannya adalah tujuan dari kerja keras Anda.
Terima kasih atas kemuliaan untuk melayani Anda.
Loving you all as always,
 - Mario Teguh (Seminar Guru Super Indonesia, Bandung akhir 2009)

Posted on 21.21 by Astadaqu

No comments

Posted on 21.18 by Astadaqu

No comments


Sistem pendidikan Finlandia adalah yang terbaik di dunia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA. Amerika Serikat dan Eropa, seluruh dunia gempar. Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun). Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV. Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best tenlulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri. Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan. Dari negeri agraris yang tak terkenal kini Finlandia maju di bidang teknologi. Produk HP Nokia misalnya merajai pasar HP dunia. Itulah keajaiban pendidikan Finlandia. Bagaimana Indonesia? Ada yang berpendapat, keunggulan mutu pendidikan Finlandia itu tidak mengherankan karena negeri ini amat kecil dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa, penduduknya homogen, dan negaranya sudah eksis sekian ratus tahun. Sebaliknya, penduduk Indonesia lebih dari 220 juta jiwa, amat majemuk terdiri dari beragam suku, agama, budaya, dan latar belakang sosial. Indonesia baru merdeka 66 tahun. Pendapat senada dikemukakan oleh tokoh-tokoh dan pemerhati pendidikan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, dan negara-negara lain dibandingkan dengan negaranya. Yang paling malu AS karena unit cost anggaran pendidikannya jauh melebihi Finlandia tapi siswanya mencapai ranking 17 dan 24 dalam tes PISA, sedangkan siswa Shanghai China ranking 1, Finlandia 2, dan Korea Selatan 3. Soal siswa di Shanghai China juara masih diragukan karena belum menggambarkan keadaan mutu seluruh pendidikan China. Kalau Finlandia sebagai negara kecil bisa juara mengapa negara kecil yang sudah established seperti Islandia, Norwegia, New Zealand tak bisa? Akhirnya semua mengakui bahwa sistem pendidikan Finlandia yang terbaik di dunia karena kebijakan-kebijakan pendidikan konsisten selama lebih dari 40 tahun walau partai yang memerintah berganti. Secara umum kebijakan-kebijakan pendidikan China dan Korea Selatan (dan Singapura) juga konsisten dan hasilnya terlihat sekarang. Kebijakan-kebijakan pendidikan Indonesia cenderung tentatif, suka coba-coba, dan sering berganti. Lalu bagaimana dengan kebijakan pendidikan Indonesia jika dibandingkan dengan Finlandia? 1. Kita masih asyik memborbardir siswa dengan sekian banyak tes (ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional). Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT. 2. Kita masih getol menerapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakanautomatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas. 3. Kita masih berpikir bahwa PR amat penting untuk membiasakan siswa disiplin belajar. Bahkan, di sekolah tertentu, tiada hari tanpa PR. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah. 4. Kita masih pusing meningkatkan kualifikasi guru SD agar setara dengan S1, di Finlandia semua guru harus tamatan S2. 5. Kita masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru. 6. Kita masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya. 7. Hanya segelintir guru di tanah air yang membuat proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Terbanyak guru masih getol mengajar satu arah dengan metode ceramah amat dominan. Sedangkan, di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar. Apakah benda ini melayang, terapung atau tenggelam? 8. Di tanah air kita terseret arus mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri. 9. Di Indonesia bahasa Inggris wajib diajarkan sejak kelas I SMP, di Finlandia bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural. 10. Di Indonesia siswa-siswa kita ke sekolah sebanyak 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari libur anak makin pintar. Ditulis oleh: S Belen Sumber: http://sbelen.wordpress.com/2011/08/08/mengapa-mutu-pendidikan-finlandia-terbaik-di-dunia/

Posted on 17.35 by Astadaqu

No comments

Ibarat sebuah pisau, ketika kita ingin memanfaatkannya, tentulah kita jangan sampai memegang bagian mata pisaunya. Dengan begitu, jika terluka, kita telah paham bahwa sesungguhnya luka yang terjadi adalah akibat dari kesalahan tempat kita menggenggam. Tentunya kita tidak mesti langsung menyalahkan bahwa kita terluka karena mata pisau tersebut yang tajam.

Contoh ini memberikan kita sebuah pelajaran bahwa tidak lah sesuatu itu harus terjadi karena alasan yang praktis, yaitu karena “pisaunya yang tajam”, tapi lebih kepada kenapa kita “mengenggam mata pisaunya”.

Beberapa waktu belakangan ini pada beberapa tulisan ada sebuah kecenderungan dalam perspektif untuk melihat bahwa guru adalah sosok yang membuat “terlukanya tangan kejujuran”. Sesungguhnya, tidaklah mesti demikian yang terjadi.

Memang realitas seperti itu tidak bisa dinafikan, tapi mengapa kita kurang mencoba untuk melihat dari sudut pandang guru yang melakukan? Guru dengan beberapa pertimbangan tidak mungkin langsung bertujuan pragmatis untuk menaikkan pamor sekolah lewat permberian contekan ujian nasional. Tapi bisa saja ada unsur  kedekatan emosional yang dibangun guru SD (katakana lah begitu) yang selama enam tahun terus terlibat interaksi dan pengenalan yang cukup tinggi sehingga menciptakan kedekatan emosional.

Cukup banyak guru yang sedih jika anak didiknya tidak bisa tersenyum polos ketika menamatkan jenjang pendidikan dasarnya. Berbekal rasa “kasih sayang”, guru bisa saja secara nekat melepaskan “Jubah Kehormatan Guru” hanya untuk mengupayakan anak didiknya lulus sekolah. Meskipun pertimbangan kasih sayang akibat dari kedekatan emosionalnya adalah semu.

Kompleksnya permasalahan ini memunculkan berbagai pertimbangan praktis yang ada dibenak para guru. Misalkan, guru melihat kondisi orang tua anak didik yang serba kekurangan sehingga ijazah sekolah minimal akan membuat dia bisa diterima di tempat kerja. Kemudian harapan orang tua miskin yang ingin melihat anaknya bisa mengubah wajah keluarga.

Berbagai pertimbangan ini tentunya tidak datang begitu saja, tapi juga karena situasi lingkungan sosial yang memang telah di-setting seperti demikian. Sehingga arus pemikiran bermayoritaskan pemikiran-pemikiran praktis kehidupan.

Sedih memang kita melihat kondisi ini, tapi bisa saja kita membuat prediksi bahwa selama sistem kompetisi individu tidak dilihat dari “nilai raport”, tapi dilihat dari kompetensi kepribadian (tanpa mengesampingkan kompetensi intelektual tentunya). Maka, secara otomatis pertimbangan-pertimbangan praktis akan direduksi sedikit demi sedikit. Kita juga patut sedikit lega hati ketika Ujian Nasional tidak lagi jadi pertimbangan utama kelulusan, sehingga bisa meminimalisir tindakan-tindakan mencontek.

Besar harapan kita untuk para guru agar mampu menghasilkan individu-individu yang tidak tertutup mata, pendengaran, dan hatinya terhadap kedzaliman, kemunafikan, ketidakjujuran, dan tindakan-tindakan amoral lainnya. Sehingga implikasinya bagi bangsa kita ke depan adalah cerah dan bermartabat. Semoga para pakar pendidikan tidak hanya meletakkan kesalahan tidak pundak guru saja, tapi juga pada pundak kita semua sebagai bagian dari makrososial.

Fauzan Anwar Sandiah

josephsandiah@rocketmail.com

Posted on 01.50 by Astadaqu

No comments

Senin, 26 September 2011

YOGYAKARTA — Dinilai berjasa dalam pengembangan dan pengajaran bahasa Arab di Indonesia, Pondok Modern Darussalam Gontor mendapatkan Piagam Penghargaan dari Ittihadu Mudarrisi al-Lughah al-‘Arabiyah (IMLA), Kamis (14/7) lalu, pada sebuah acara seminar internasional dalam rangka Pertemuan Ilmiah Internasional Bahasa Arab (PINBA) VII di Gedung Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM). Acara yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut tersebut, Kamis — Sabtu, 14 — 17 Juli 2011, bertemakan “Peranan Bahasa Arab dalam Pengembangan Peradaban”.
Seminar yang diselenggarakan IMLA ini dirangkai dengan Muktamar Nasional IV IMLA yang bertempat di kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka). Para peserta seminar yang hadir merupakan pakar bahasa Arab dunia yang jumlahnya mencapai 145 orang. Mereka berasal dari 24 negara di dunia, yakni Iran, India, Srilanka, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, Macedonia, dan beberapa negara lain di Timur Tengah. Selain itu, acara ini juga dihadiri sekitar 400 orang pakar bahasa Arab dari dalam negeri.
Perlu diketahui, IMLA yang juga dikenal dengan istilah Persatuan Pengajar Bahasa Arab Seluruh Indonesia ini merupakan sebuah organisasi profesi pengajar bahasa Arab yang pertama kali dirintis pada tanggal 9 Desember tahun 1998 dalam pertemuan yang diadakan di Universitas Negeri Malang. Pertemuan tersebut dihadiri oleh utusan dari Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Fakultas Sastra UGM Yogyakarta.
Gagasan ini dimatangkan kembali dalam pertemuan di UGM Yogyakarta pada tanggal 25 April 1999, dan dihadiri oleh oleh delapan perguruan tinggi dari lima kota besar di Pulau Jawa, yaitu UGM, IAIN Sunan Kalijaga, Universitas Negeri Malang, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, IAIN Sunan Gunungjati, dan IAIN Sunan Ampel. Dalam pertemuan ini dihasilkan rancangan AD/ART organisasi, dan disepakati penyelenggaraan Muktamar I di Jawa Timur pada bulan September 1999.
Pada tanggal 14 Jumadil Akhir 1420 H bertepatan dengan 25 September 1999, Muktamar I IMLA diselenggarakan di Hotel Air Panas Songgoriti, Batu, Malang, dan dihadiri oleh 120 peserta yang merupakan utusan dari 46 perguruan tinggi. Di dalam muktamar inilah secara resmi dideklarasikan berdirinya IMLA. Di samping itu, muktamar ini pun menetapkan AD/ART organisasi, program kerja, rekomendasi muktamar dan pengurus pusat IMLA priode 1999-2003.
Sejak berdirinya, IMLA telah melaksanakan empat kali Muktamar termasuk tahun ini, yang bertujuan untuk membentuk kepengurusan baru. Kegiatan muktamar diadakan setiap 4 tahun sekali. Muktamar pertama dilaksanakan pada 23-25 September 1999 di Batu Malang dengan menghasilkan kepengurusan IMLA periode 1999-2003 di bawah pimpinan Drs. M. Fuad Effendi (Universitas Negeri Malang) dan AD/ART IMLA. Muktamar II IMLA dilaksanakan di Jakarta pada 4-6 September 2003. Muktamar dibuka oleh wakil Presiden Hamzah Haz, dan diikuti oleh 122 utusan dari 51 perguruan tinggi. Muktamar II IMLA menghasilkan kepengurusan IMLA periode 2003-2007 di bawah pimpinan Dr. Moh. Luthfi Zuhdi (Universitas Indonesia) dan perubahan AD/ART organisasi. Muktamar III IMLA diselenggarakan di Bandung pada tanggal 23-25 Agustus 2007. Muktamar III IMLA ini menghasilkan kepengurusan periode 2007-2011 di bawah pimpinan Prof. Dr. Syamsul Hadi (Universitas Gajah Mada), dan perubahan AD/ART organisasi.
Dengan penghargaan yang diterima dari IMLA ini, Gontor pun semakin yakin dengan metode pengajaran bahasa Arab yang diterapkan dari awal berdirinya hingga saat ini, dan berharap dapat terus berupaya mencurahkan tenaga dan pikiran demi perkembangan bahasa Arab di Indonesia. Hal ini tentunya dapat direalisasikan dengan tersebarnya ribuan alumni Pondok Modern Darussalam Gontor di seluruh Indonesia, yang sudah tidak asing lagi dengan bahasa Alquran ini.

Posted on 21.55 by Astadaqu

No comments